Archive for Januari 2013
TUGAS SOSIAL DASAR GRAFIK CITA-CITA
NO
|
TAHUN
|
CITA-CITA
|
1
|
2006
|
-Masuk SMP Negeri yang di inginkan (berhasil)
-Lomba lari jarak jauh tingkat Jakarta timur
-Belajar beladiri TaeKwonDo
-Belajar mengemudikan motor (berhasil)
|
2
|
2007
|
-Lomba lari jarak jauh tingkat Jakarta timur(kalah)
-Belajar beladiri TaeKwonDo
|
3
|
2008
|
-Masuk Kelas unggulan (gagal)
-Meraih peringkat 10 besar (berhasil)
-Lolos kompetisi Band antar sekolah (berhasil)
|
4
|
2009
|
-Masuk peringkat 10 besar (berhasil)
-Memperdalam ilmu beladiri
-Lulus Ujian Nasional (berhasil)
-Hasil nilai baik di ijazah (berhasil)
-Masuk SMA negeri (gagal)
-Meraih medali perunggu Taekwondo tingkat JABODETABEK
|
5
|
2010
|
-Ikut menjadi PASKIBRA di Lanud Halim Perdana Kusuma
-Masuk peringkat 10 besar (berhasil)
-Meraih medali Perunggu tingkat DKI
|
6
|
2011
|
-Masuk kelas IPA
-Meraih medali 2emas tingkat DKI
-Masuk peringkat 3 besar (berhasil)
-Mengadakan Pensi sekolah (berhasil)
|
7
|
2012
|
-Masuk peringkat 10 besar (gagal)
-Meraih medali perak tingkat DKI
-Keterima PMDK diploma3 IPB
-Mencoba masuk PTN (gagal)
-Lulus UN dengan nilai yang baik (berhasil)
-Nilai UTS yang baik di universitas
|
8
|
2013
|
-Nilai UAS yang memuaskan di universitas
-Meraih medali emas tingkat DKI
-Mendapat IP yang memuaskan
-Ikut Himpunan Mahasiswa di universitas
-Meraih sabuk hitam
|
9
|
2014
|
-Meraih berbagai prestasi di universitas
-Meraih IPK minimal 3,2
-Memenangkan KEJURCAB dan KEJURDA TaeKwonDo
|
10
|
2015
|
-Melanjutkan kuliah dengan prestasi yang lebih baik
-Berusaha mengembangkan bisnis
-Mendaki puncak Mahameru
-Menjuarai KEJURNAS Taekwondo
|
11
|
2016
|
-Lulus dengan IPK minimal 3,5
|
12
|
2017
|
-Bekerja dan Pengusaha yang mapan
|
Kehidupan Seorang Transmigran di Jakarta
Nama bapak Sriyatno, beliau adalah
pendatang dari desa ke kota. Laki laki yang lahir pada 22 mei 1956 ini
berasal dari sebuah desa yang asri di
klaten. Beliau berurbanisasi sudah 2 kali. Latar belakang beliau untuk
berurbanisasi adalah melanjutkan tingkat pendidikan. Beliau pergi meninggalkan
desanya di klaten pada tahun 1976. Beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah
Tinggi TELKOM. Kesan pertama beliau pindah ke kota adalah sebuah rasa kagum dan
penasaran yang tinggi kehidupan kota yang lebih bergairah dan dinamis. Beberapa
kelebihan kehidu.pan di Bandung dan di Klaten adalah kehidupan rasional, skill
bertambah, dan intelektualitas yang tinggi. Namun disamping semua itu kehidupan
di kota Bandung mulai terlihat individualismenya. Sifat yang kurang peduli
antar sesama mulai terlihat di banding kehidupan di desa klaten.
Kehidupan di desa sangat kuat kebersamaan dan
loyalitasnya. Namun walaupun begitu banyak warga desa klaten pergi ke kota
untuk melanjutkan kehidupannya baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan.
Karena begitulah cara melanjutkan dan meneruskan hidup yang lebih baik walaupun
banyak resiko dan tantangan di depannya. Dari segi budaya , budaya di desa
Klaten dan di kota Bandung tidak jauh berbeda keduanya masih sama-sama
mencintai dan menjaga budayanya. Namun seiring perkembangan jaman banyak juga
budaya-budaya daerah yang di modifikasi dengan budaya modern. Jadi sudah jarang
budaya yang benar-benar terjaga keasliannya. Budaya bahasa Indonesia di Bandung
justru lebih di terapkan di banding di kKlaten. Walau masih ada juga yang
menggunakan bahasa sunda. Namun di bidang Ekonomi kebutuhan di kota Bandung
lebih mahal di banding di Klaten. Masyarakat disana juga lebih banyak bekerja
di bidang industri dan kantor dari pada menjadi pedagang dan petani. Beda pada
masyarakat di desa Klaten yang banyak bekerja di peternakan dan pertanian
karena memanfaatkan sumber daya alamnya. Lalu pada tahun 1978 beliau selesai
pada pendidikannya dan bekerja di Jakarta.
Beliau bekerja pada sebuah PT TELKOM, namun menurut
pendapat beliau pegawai di daerah lebih sejahtera di banding di kota. Namun
pekerjaan di kota lebih banyak peluang untuk bersaingnya dan kesempatan lebih
majunya lebih besar. Dari segi pendidikan tentu saja orang di kota lebih
memahami segalanya di banding di desa. Dengan hidup di kota Jakarta banyak
orang bisa menguasai skill dan kemampuan di kota-kota besar. Namun dari segi
ekonomi Jakarta jauh lebih mahal dibanding desa di Klaten. Sosial di Jakarta
hampir sama seperti di Bandung tingkat individualitasnya di Jakarta makin
meningkat. Sumber daya alam di Jakarta di Jakarta hamper tidak ada karena
pembangunan yang hamper merata.Namun Budaya di Jakarta masih tetap berkembang
seperti tarian maupun seni musiknya, walaupun hanya ada di acara-acara tertentu
saja.
Pada tahun 2009 beliau pension dari
pekerjaannya.Beliau mencoba dunia usah baru. Sapi perah, itulah pilihan beliau
karna dahulunya beliau seorang peternak di desanya. Jadi menurut beliau
berternak merupakan kemampuan yang bisa dia manfaatkan untuk memperoleh
penghasilan. Berawal dari bertemu dengan teman kerjanya yang kebetulan tau
bagaimana memulai awal bisnis sapi perah, yag kemudian beliau bergabung pada
sebuah komunitas sapi perah.Dan di kembangkan dengan berbagai jaringan. Dari
awal mulanya yang ia hanya mempunyai sepasang sapid an menyewa kandang, dengan
semangat yang tinggi sekarang beliau sudah mempunyai belasan ekor sapi dan
kandang milik sendiri. Hasil yang di dapatkan
bisa berupa dagingnya yang di jual dan susu yang juga bisa di olah menjadi
permen,ice,dan youghurt. Walaupun hasil pendapatannya tidak se besar saat usia
produktifitas kerja dulu, bisnisnya sekarang mampu membiayai kehidupan
keluarganya sampai sekarang. Beliau berpesan “Persaingan di Jakarta semakin
ketat.Kehidupan tidak abadi banyak perubahan karena ilmu pengetahuan yang
semakin tinggi. Akses lebih mahal di bandingkan dengan asset.Sebagai Individu
harus mempersiapkan diri
menari ke ahlian dan ilmu untuk membangun kesejahteraan”
Diberdayakan oleh Blogger.